Jumat, 21 November 2008


Penjajahan IMF di Indonesia dan Upaya Solusinya

Diskusi Sabtuan di kantor INSISTS tanggal 10 Maret 07 yang baru lalu menampilkan tema "Penjajahan IMF di Indonesia dan Upaya Solusinya". Muhaimin Iqbal, yang bertindak sebagai pemakalah menjabarkan siapa dan bagaimana IMF melakukan penjajahan ekonomi di Indonesia . Iqbal menjelaskan bahwa penjajahan IMF terhadap ekonomi dunia melalui sebuah sistem yang disebut dengan "tiga setan": a) fractional reserve banking, b) uang fiat (uang kertas yang tidak memiliki nilai intrinsik) c) sistem bunga/riba. IMF mengawali "karir" penjajahannya di Indonesia melalui perampasan kedaulatan ekonomi dengan menekan Presiden Suharto untuk menandatangi kesepakatan yang disaksikan oleh petinggi IMF, Michel Camdessus. Penekanan IMF dilakukan dengan cara ancaman untuk menggagalkan bantuan pinjaman ke Indonesia sebesar US$ 43 milyar yang pada saat itu tengah dilanda krisis keuangan. Keraguan Indonesia terhadap keampuhan IMF untuk mengatasi krisis sebenarnya telah ada sejak awal dan oleh karena itu lebih memilih cara Currency Board (pematokan kurs dollar terhadap Rupiah).Solusi cerdas Indonesia ini banyak mendapat dukungan dari ekonom peraih nobel seperti Gari Becker, Milton Friedman, Merton Miller dan Robert Mundell. Namun sayangnya, di samping IMF dan Amerika, justru serangan terhadap kebijakan currency board justru datang dari beberapa ekonom Indonesia hasil didikan Barat. Konspirasi terselubung antara IMF dan ekonom liberal Indonesia ini diperkuat dengan peranan media massa yang lebih mempopulerkan peranan IMF, sehingga ide currency board pun ditinggalkan. (bandingkan dengan para tokoh liberal Indonesia pro Barat dalam pemikiran keagamaan dan HAM).Iqbal tidak larut dengan pemaparan tentang penjajahan ekonomi yang dilakukan IMF, beliau pun langsung membahas inti permasalahan yang langsung mengarah pada solusi praktis. Yaitu solusi yang tidak bersifat coba-coba / trial & error. Kemudian Iqbal, yang sejak 2006 menjabat sebagai presiden direktur di PT Asuransi Bintang Tbk ini menjelaskan ketegaran sistem standar mata uang emas, yaitu Dinar dan Dirham. Kedua mata uang ini sepanjang sejarah telah terbukti anti inflasi dan sangat adil. Sebab dengan sistem fractional reserve terbukti adanya ketidakadilan yang luar biasa. Pencetakan mata uang Dolar kertas (US$ 1 s/d US$ 100) yang hanya memakan ongkos US$ 0.05 (5sen) harus dihargai dengan nilai yang berlipat ganda oleh negara-negara lain, apalagi Indonesia.Ayah tiga putri ini pun menunjukkan bukti kesaktian mata uang dinar-dirham melalui beberapa data ilmiah, di antaranya grafik perkembangan index harga dari tahun 1657 s/d 1817 di kekhalifahan Ustmaniah yang lebih stabil (lebih datar) dibanding dengan trend liner index harga di wilayah Kerajaan Inggris.Di akhir pemaparannya, sosok yang gemar berdakwah tentang keunggulan ekonomi Islam ini, menjelaskan banyaknya manfaat dari penggunaan dinar dan dirham yang sangat nyata khususnya untuk menyembuhkan syndrom pensiunan. Hal ini sangat berbeda dibandingkan peranan uang fiat, yang secara sempurna terbukti sebagai alat tukar yang tidak adil, karena nilainya yang selalu berubah, baik dalam peranannya sebagai satuan pembukuan maupun sebagai penyimpan nilai kekayaan.Ketimpangan uang fiat juga ditengerai dari perkembangannya selama 40 tahun terakhir, di mana Rupiah mengalami penurunan nilai rata-rata 8% dan US$ 5%. Sebaliknya nilai dinar mengalami kenaikan nilai rata-rata 28,73% pertahun terhadap Rupiah dan 10,12% terhadap US Dolar. Bahkan Dolar yang diduga sangat perkasa pun, nilainya kini tinggal 41% terhadap nilai emas dalam 6 tahun terakhir.Ringkasnya, dalam masalah ekonomi, khususnya mata uang, telah terbukti sabda Rasulullah SAW bahwa umat Islam telah ikut Yahudi dan Kristen memasuki lubang biawak (hujra dhabb).Dari uraian pemakalah, dapat disimpulkan bahwa Islam sebagai risalah wahyu yang final mempunyai sistem ekonomi dan keuangan yang jauh lebih adil dibanding dengan sistem ekonomi modern. Sebab ekonomi Islam tidak pernah memisahkan antara yang bersifat material dan nilai-nilai spiritualnya. Sehingga sistem kapitalisme dapat dilawan dengan konsep wakaf, infaq dan sedekah yang salah satunya diwujudkan dengan mendirikan pasar dalam konsep Islam. Di samping itu sistem ekonomi modern dengan "tiga setan"nya membuktikan bahwa pada akhirnya negara-negara berkembang hanya menjadi dul-dulan dan bulan-bulanan bagi negara-negara kaya. Dengan mencermati sepak terjang IMF selama ini, kiranya tidak disangsikan lagi kebenaran QS. Al-Naml: 34 "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina".